MAKALAH
BIO-PSIKOLOGI
Nama Dosen :
Fransciscus Surbakti Torong, S.Psi
Disusun Oleh :
Ismayanti
Eyfa Safia Pangalila
Nurkhaeni
Tati Amiyati
Tri Dewi Kusumawati
Sintiya Haryanti
Akademi Keperawatan YPDR Pondok Labu -
Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biopsikologi
merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia pada dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang
tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara genetik. Ciri-ciri ini nampak
melalui aspek tinggi badan, warna kulit, warna mata, keadaan rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir
dan sebagainya. Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahawa sifat dan
tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai
contoh sifat pendiam, talkactive,
dominan atau pasif adalah ciri-ciri sifat alamiah manusia dan tidak dipelajari
melalui pengalaman.dan Reseptor sensoris motorik berupa sel-sel khusus atau
proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi didalam dan diluar tubuh
kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah indera yang
digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran, dan propriosepsi. Indera peraba di kulit memiliki reseptor yang
tersebar di seluruh tubuh dan terdiri dari struktur yang sederhana.
B.
Perumusan Masalah
Dari permasalahan
yang telah diuraikan
pada latar belakang
maka permasalahan penelitian ini adalah
1. Bagaimana
pengaruh dalam mengetahui maksud dri biopsikologi dan seneor
motorik
2. Bagaimana
pemahaman tentang biopsikologi dan sensoris motorik.
C.
Tujuan
Adapun
tujuan makalah ini
adalah
1.
Untuk mengetahui
biopsikologi dan sensoris motorik
- untuk Mengetahui pemahaman biopsikologi dan sensoris dan motorik
BAB
II
ISI
Pengertian Bio-psikologi
Bio-psikologi
merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Manusia pada dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dari orang
tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara genetik. Ciri-ciri ini nampak
melalui aspek tinggi badan, warna kulit, warna mata, keadaan rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir
dan sebagainya. Demikian pula ahli biopsikologi melihat bahawa sifat dan
tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai
contoh sifat pendiam, talkactive, dominan atau pasif adalah ciri-ciri
sifat alamiah manusia dan tidak dipelajari melalui pengalaman.
Sebagai
bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang.
Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan laboratoriumnya tahun 1879 – yang
dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu – pandangan tentang manusia
dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah
psikologi sejalan dengan perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan
bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
Berdasarkan pandangan
tersebut, bagian Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode
dengan berbagai tokohnya.
·
Metode bio-Psikologi
1. Metodologi Eksperimental,
Cara ini dilakukan
biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen Peneliti
mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen. Yaitu
menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan
melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya.
Pada metode eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi
akan dapat diatasi. Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti yang
menjadi objek. Sejarah Kehidupan (metode biografi)
2.
Wawancara
Wawancara merupakan
tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang diperiksa itu
dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya, pendapatnya
dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai dapat menggali
semua informasi yang dibutuhkan.Baik angket atau interview keduanya mempunyai
persamaan, tetapi berbeda dalam cara penyajiannya.
3.
Angket
Angket merupakan
wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara
tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai tinggal
membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula.
Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki.
4.
Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa
populernya pemeriksaan psikologi disebut juga dengan psikotes Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli
yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan unntuk
mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang,
sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang
diperiksa itu.
5.
Metode Analisis Karya
Dilakukan dengan cara
menganalisis hasil karya seperti gambar - gambar, buku harian atau karangan
yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat dianggap sebagai pencetus dari
keadaan jiwa seseorang.
6.
Metode Statistik
Umumnya
digunakan dengan cara mengumpulkan data atau materi dalam penelitian lalu
mengadakan penganalisaan terhadap hasil yang telah didapat.
·
Sistem sensoris dan
motorik
A. RESEPTOR SENSORIS
Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau proses
sel yang memberikan informasi tentang kondisi didalam dan diluar tubuh kepada
susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah indera yang digunakan
untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran, dan
propriosepsi. Indera peraba di kulit memiliki reseptor yang tersebar di seluruh
tubuh dan terdiri dari struktur yang sederhana. Beberapa informasi dikirim di
susunan saraf pusat dan sampai pada kortek sensoris primer sehingga kita bisa
mengetahui ataupun mengenal rangsangannya. Rangsangan sensoris dapat kita
interpretasikan melalui frekuensi-frekuensi basis setelah terjadi potensial
aksi. Datangnya informasi atau rangsangan pada kulit kita itulah yang dinamakan
sensasi, dan saat kita mengenal rangsangan yang datang dari kulit kita inilah
yang dinamakan persepsi.
Adapun
indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa
pada lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang datang pada tubuh kita
diterima oleh reseptor yang khusus yang strukturnya lebih komplek daripada
reseptor pada kulit. Reseptor indera ini terletak pada indera khusus pada
manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya dilindungi oleh
jaringan-jaringan di sekitarnya. Informasi yang datang pada reseptor memberikan
distribusi pada daerah-daerah khusus pada kortek serebri seperti auditory
kortek, visual kortek yang akan diterima sebagai rangsangan khusus dan pusat
lainnya di batang otak.
Reseptor
pada kulit dapat dibagi menjadi tiga macam antara lain exteroceptors dimana
receptor ini memberi informasi terhadap lingkungan luar, proprioseptor
merupakan receptor yang menerima informasi terhadap posisi otot skeletal dan
sendi dan yang terakhir interoceptor yang berfungsi untuk memonitor fungsi
organ visceral. Untuk lebih detailnya receptor pada kulit dapat
diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu nosiceptor untuk rasa nyeri,
thermoreceptor untuk temperature, mechanoreceptor untuk rangsangan fisik, dan
chemoreceptor untuk rangsangan kimiawi. Tiap-tiap receptor mempunyai fungsi dan
struktur yang berbeda. Perbedaan antara somatik receptor dan visceral
receptor terletak pada lokasi bukan pada strukturnya. Reseptor nyeri di wajah
sama seperti reseptor nyeri di kulit, akan tetapi dua sensasi itu dikirim pada
lokasi yang berbeda di susunan saraf pusat, bagaimanapun juga propriosepsi
adalah sensasi somatik yang unik. Terdapat proprioseptor pada organ viseral
thorak dan kavum abdominopelvic. Kita tidak menyadari bila organ-organ tersebut
mulai bekerja, kita tidak bisa menceritakanyya contohnya saat spleen, appendik,
ataupun pankreas bekerja saat itu. organ viseral mempunyai reseptor rasa
nyeri,temperatur,sentuhan yang lebih rendah daripada reseptor pada kulit dan
informasi sensoris yang diterima lokasinya lebih sedikit karena daerah reseptor
tersebar luas di organ.
B.
NOCISEPTOR
Nociseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim,
kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang
rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor.
Untuk itulah kita bisa merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam,
panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrit di nociseptor menimbulkan
depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial
aksi di susunan saraf pusat.
C.
THERMORESEPTOR
Temperatur reseptor atau
thermorseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot
skeletal, liver, hipothalamus. Reseptor dingin tiga atau empat kali lebih
banyak daripada reseptor panas. Tidak ada struktur yang membedakan reseptor
dingin dan panas. Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan
sensasi nyeri. Mereka dikirim sampai formasio retikularis, thalamus, dan
korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila
temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil.
Jika kita menghidupkan air conditioning dalam ruangan pada musim panas,
temperatur berubah drastis pada saat pertama kali tetapi kita cepat merasakan
nyaman karena sudah terjadi adaptasi.
D.
MECHANORESEPTOR
Mechanoreseptor
sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran sel
memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bisa terbuka ataupun tertutup bila
ada respon terhadap tegangan, tekanan, dan yang bisa menimbulkan kelainan pada
membran. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:
Pusat motorik dan sensoris
Pada corteks cerebral
terdapat beberapa daerah :
a.
Korteks serebral
mengandung 3 jenis fungsional area yaitu motor area, sensori area, dan asosiasi
area. Neuron motoris dan neuron sensoris terdapat pada motorik area dan
sensoris area pada korteks serebri. Semua neuron pada korteks serebri merupakan
inter neuron.
b.
Setiap hemisfer
terdapat fungsi motoris dan sensoris yang berlawanan pada sisi tubuh (kontralateral).
c.
Sekalipun sebagian
besar struktur pada 2 hemisfer kanan dan kiri simetris, tetapi tidak ada fungsi
yang sama. Masing – masing memiliki spesialisasi fungsi kortikal.
d.
Yang sangat penting
yang harus kita ingat tidak ada fungsi area pada korteks serebri yang bekerja
sendirian.
AREA
MOTORIK
Motorik
area pada korteks serebri, dengan gerakan volunter yang terkontrol yang
terdapat pada lobus frontalis terdiri dari motor korteks primer, premotor
korteks, area broca, frontal eye field.
a.
Motor korteks primer
Motor
korteks primer terletak pada girus presentralis lobus frontalis pada masing –
masing hemisfer (area broadman 4). Terdapat neuron yang besar yang disebut
neuron piramidalis pada girus presentralis yang berfungsi untuk mengontrol
gerakan volunter pada otot skelet. Pada keseluruhan bagian tubuh
dipresentasikan pada motor korteks primer tiap hemisfer, dengan kata lain sel
piramidal mengontrol gerakan kaki pada satu tempat dan mengontrol gerakan
tangan pada lain tempat. Sebagian besar neuron pada girus ini mengontrol otot
pada bagian tubuh yang spesifik pada area tertentu seperti wajah lidah dan
tangan.Hal ini tergambar daerah seperti karikatur yang disebut motor homunculi.
Persarafan motorik tubuh berjalan kontralateral,jadi pada girus kiri mengontrol
otot tubuh bagian kanan dan sebaliknya.
b.
Premotor korteks
Terletak
pada girus presentralis lobus frontal. Daerah ini mengontrol kemampuan motorik
dalam melakukan gerakan berulang-ulang atau pola alamiah seperti
memainkan alat musik dan mengetik. Daerah ini digunakan untuk gerakan yang
terencana. Dengan diterimanya informasi pada korteks area yang diproses oleh
pusat sensoris yang tinggi,maka gerakan terkontrol dapat dilakukan misalnya
dapat mengambil sesuatu ditempat yang gelap.
c.
Area broca.
Area
broca terdapat sepanjang anterior sampai inferior dari area promotor yang
bertumpuk-tumpuk. Pada area brodman 44 dan 45. Area ini hanya terdapat pada
satu hemisfer umumnya sebelah kiri dan khusus mengontrol kemampuan bicara.
d.
Frontal eye field.
Daerah
ini terletak sebelah anterior premotor korteks dan superior area broca. Daerah
ini berfungsi mengontrol pergerakan mata secara volunteer.
AREA SENSORIS
Terdapat pada korteks
serebri yaitu pada lobus parietal, insular, temporal,dan occipital.
e.
Korteks primer somatosensoris.
Korteks
ini terletak pada girus postsentralis lobus perietalis, disebelah posterior
dari korteks primer motoris ( area brodman 1-3 ). Neuron-neuron pada girus ini
menerima informasi dari reseptor sensoris di kulit dan dari proprioseptor di otot
skelet,sendi dan tendon. Neuron ini kemudian mengidentifikasi yang dirangsang
dan kemampuan ini disebut diskriminasi partial. Dengan korteks motor primer
tubuh bergerak leluasa naik dan turun berdasarkan stimulus yang masuk dan
bagian hemisfer kanan menerima rangsangan dari bagian kiri tubuh. Pada manusia
wajah (khususnya bibir) dan jari-jari adalah bagian tubuh yang sensitive yang
terletak pada bagian terbesar dari homunculus somatosensoriks.
GANGGUAN SISTEM
MOTORIK DAN SENSORIK
Gangguan sistem sensorik
a.
Lesi kortikal atau
subkortikal dalam daerah sensorik motorik lengan atau tungkai menyebabkan
parestesia dan mati rasa pada extemitas sisi yang berlawanan.
b.
Lesi
jaras sensorik tepat di bawah talamus menyebabkan hilangnya semua kualitas
sensorik separuh tubuh kontralateral.
c.
Jaras sensorik lain
selain nyeri dan suhu mengalami kerusakan terjadi hipestesia pada sisi
kontralateral wajah dan tubuh.
d.
Jika kerusakan
terbatas pada lemnikus trigeminalis dan spinotalamikus lateral pada pusat otak,
tidak ditemukan sensasi nyeri dan suhu pada wajah dan tubuh kontralateral,
semua kualitas sensorik lainnya tidak terganggu.
e.
Keterlibatan
lemniskus medialis dan traktus spinotalamikus anterior, menghilangkan semua
kualitas sensorik pada bagian kontralateral tubuh kecuali sensasi nyeri dan
suhu.
f.
Kerusakan nukleus dan
traktus trigeminal spinalis dan traktus spinotalamikus lateral, menyebabkan
hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada wajah ipsilateral dan tubuh
kontralateral.
g.
Kerusakan funikuli
posterior menyebabkan menghilangnya sensasi sikap, getaran, diskriminasi dan
sensasi lain yang berhubungan dengan ataksia ipsilateral.
h.
Lesi pada kornu
posterior , menghilangkan sensasi suhu dan nyeri ipsilateral semua kualitas
lain tetap utuh ( gangguan disosiasi sensibilitas).
i.
Cedera beberapa
radiks posterior yang berdekatan, diikuti oleh perestesia radikular dan
nyeri,dan juga penurunan atau hilangnya semua kualitas sensorik pada
masing-masing segmen tubuh. Jika radiks yang cedera mesuplai saraf dari lengan
atau tungkai,ditemukan hipotonia atau atonia, arefleksia dan ataksia.
j.
Sindroma Cedera
Funikulus Posterior :
o
Hilangnya sikap dan
sensasi lokomotor dengan mata tertutup
o
Pasien tidak dapat
mengetahui posisi anggota tubuhnya.
o
Astereognosis: dengan
mata tertutup, pasien tidak dapat mengenal dan
menggambarkan bentuk dan bahan dari objek yang dirabanya.
k.
Hilangnya
diskriminasi dua titik.
l.
Hilangnya sensasi
getaran: pasien tidak dapat merasakan getaran dari garpu tala yang ditempelkan
pada tulang
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penguraian
kajian dan analisis
yang di paparkan di atas maka penulis
berkesimpulan di antaranya
1. bahwa Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau
proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi didalam dan diluar tubuh
kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah indera yang
digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran, dan propriosepsi. Indera peraba di kulit memiliki reseptor yang
tersebar di seluruh tubuh dan terdiri dari struktur yang sederhana.
2.
Biopsikologi merupakan pendekatan
psikologi dari aspek biologi. Manusia pada dasarnya mewarisi
sifat-sifat fisik dari orang tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara
genetik.
DAFTAR PUSTAKA
Martini, frederic. Fundamental Of Anatomy & Physiology. Edisi 7.Pearson
International edition. New york. Page 496-513
Marieb, Elaine, N. Human Anatomy & Physiology. Edisi 7. Pearson
International Edition. Page 491-519
Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. EGMardjono, Mahar, Sidarta,
Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta: 2004.
Hal 21-26.C. Edisi 2. Jakarta. Hal 29, 44
Komentar
Posting Komentar